Entah beberapa kali saya harus meyakinkan diri saya sendiri bahwa hidup saya "gak sekacau yang saya kira". Karna emang sebenarnya saya seperti sedang berdiri di pinggir rel kereta api yang , kalau saya tidak segera membuka gembok pintunya saya akan mati hancur lebur ketika peluit masinis meniupkan deadline nya.
Kampus dan perniknya sedang tak bersahabat dengan saya kali ini. sebenarnya mereka.. dan segala sistem birokrasi didalamnya terlihat baik-baik saja. bahkan saya seharusnya memuji betapa mereka begitu care pada kami. anak didiknya.
tapi sungguh.. untuk sekarang,, saya hanya
"tidak berminat" dulu menyelesaikan urusan disana dan berurusan dengan segala sistemnya.
dan .. saya tidak akan pernah bisa lari dari tanggung jawab.
gak akan.
karna semua jadwal sudah diatur dengan rapi.
serapi kain wol yang dijahit di sweater biru waktu saya kecil.
dan saya adalah wayang,.. yang harus menuntaskan skenario sampah ini secepatnya.
saya harus memenangkan oscar di kisah ini.
sebagai reward saya selama 3 tahun berjuang disini.
Saya sadar.. saya terlalu memaksakan diri saya untuk "tidak lagi" menikmati hidup. saya sudah lupa apa itu bersantai di sore hari dengan segelas teh. Saya tau saya telah bahkan mungkin sudah resmi menjadi pecandu kopi hitam yang akut akhir-akhir ini. ratusan gelas kopi itu telah membuat.. lambung saya.. akhirnya berontak dan menunjukkan protesnya.
Mereka sudah terlalu lelah.
Dan saya pun begitu.
Sialnya..
saya adalah tipikal orang yang gak akan bisa berpikir tenang, hidup tenang, sebelum saya memenangkan skenario ini.
doakan saya.